Pertemuan pertama seringkali meninggalkan kesan mendalam. Adakah yang ingat dengan tagline iklan "Kesan Pertama Begitu Menggoda selanjutnya terserah Anda". Yeay, berarti kita seumuran.wkwk.
Banyak orang yang langsung menilai seseorang dari pertama bertemu. Walau saya kurang sepakat dengan hal tersebut. Tapi perlu diakui bahwa selalu ada kisah di perjumpaan pertama. Adakah kawan punya kisah menarik tentangnya? Uhuk..
Mendengar kata pertemuan pertama, yang teringat adalah pertemuan istimewa dengan suami, ehem. Padahal pertemuan pertama tidak hanya dengan sang kekasih hati. Bisa perjumpaan pertama dengan buah hati, sahabat atau lainnya.
Tapi tak mengapa ya jika kali ini saya akan berkisah mengenai awal bertemu dengan suami.
Pertemuan Pertama dengan Suami
Duh, tetiba pipi merona dan senyum-senyum sendiri ketika mulai menulis kisah ini. Hujan selalu mengingatkan akan awal pertemuan dengan suami.
Hayo ada yang ikut bersenandung melanjutkan lagu Utopia ini? Lagi-lagi toss lah, kita seangkatan😄.
Silahkan melanjutkan bersenandung sambil menyimak lanjutan cerita ini ya kawans.. Jadi saat itu sebagai mahasiswa semester awal, homesick masih sering melanda.
Maka saat ada tanggal merah di long weekend, semangat sekali untuk pulang. Hari jum'at setelah menyelesaikan perkuliahan, saya langsung berangkat mudik. Mendung dan hujan deras tak menyurutkan tekad untuk pulang.
Saya menaiki bus Tembalang - Kalibanteng yang lumayan padat. Long weekend menyebabkan banyak mahasiswa yang mudik. Saya memilih duduk dekat dengan pintu keluar agar bisa melihat ruas jalan. Karena jujur saya belum hafal tempat saya harus turun untuk berganti bus menuju Batang (bundaran Kalibanteng). Saat itu yang saya ingat adalah bundaran alun-alun besar.hehe
Hujan deras menambah buram penglihatan dan ingatan saya,wkwk. Alhasil ketika ada bundaran yang ada tamannya, saya berdiri dan mendekati kernet bus meminta berhenti untuk turun. Untung kernet bus menanyakan tujuan saya, jadi dia menjelaskan bahwa itu bukan tempat pemberhentian yang saya tuju. Dan kejadian itu berulang dua kali. Hingga akhirnya ada lelaki yang nyeletuk, nanti turunnya bareng saya saja.
Spontan saya menoleh, lelaki tersebut menjelaskan bahwa dia akan pulang ke Pekalongan, jadi satu arah. Baiklah, akhirnya saya duduk kembali. Sungguh malu tak terkira saat itu, sudah salah dua kali, plus ternyata ada yang mengamati. Rasanya ingin melipat-lipat muka dan memasukkannya ke dalam ransel,wkwk
Akhirnya sampai di pemberhentian bus Kalibanteng. Lelaki itu mempersilahkan saya turun karena sudah sampai. Disana sudah ada bus Semarang-Tegal yang menunggu. Lalu kami naik bus tersebut untuk melanjutkan perjalanan.
Dan saat duduk di Bus, lelaki itu memperkenalkan diri sambil menelungkupkan tangan. Saya kaget dong melihat itu, wkwk. Eh, kenalan kok tidak mengajak berjabat tangan ya? itu lintasan pikiran saya.
Iya, saat itu ilmu agama saya masih cetek. Jadi melihat ada lelaki seperti itu saja gumun,wkwk. Saya sudah berjilbab tapi pergaulan dengan cowok masih dalam batas wajar dalam versi saya saat itu. Belum membatasi diri, masih menganggap teman cowok dan cewek itu sama saja.
Dan saat ngobrol dalam perjalanan pulang itu, dia lebih sering menundukkan pandangan. Ini orang ngobrol kok ga ngeliatin saya sih,wkwk. Maka menambah takjub saya. Dalam diam saya berdo'a, semoga kelak aku berjodoh dengan lelaki yang alim seperti ini. Saya tidak berdo'a lelaki tsb menjadi jodoh saya. Tapi saya berdo'a semoga mendapat jodoh lelaki alim ya yang mirip-mirip seperti lelaki tsb..hehe
Dan tahukah kawan? Saat itu adalah hari arafah, kami sama-sama sedang puasa arafah. Saya tidak menyadari bahwa do'a iseng yang saya lantunkan itu di waktu mustajab. Mashaa Allah, Allah kabulkan do'a tsb. Allah kabulkan saya berjodoh bukan hanya dengan lelaki alim seperti lelaki tsb. Tapi Allah SWT jadikan lelaki tsb jodoh saya. Iya, lelaki tsb kini menjadi suami saya.
Pelajaran sangat berharga ya kawans, bahwa Allah Al Mujib itu Maha Mengabulkan do'a. Seperti firman Nya dalam surat Al Baqarah ayat 186.
Kisah ini menambah spesial hari Arafah bagi kami. Iya, tanpa kisah ini pun hari Arafoh merupakan hari spesial dan mempunyai banyak keutaman. Sampai suami membuat puisi spesial tentang hari Arafah kami.
Puisi Arafah suami
9 Tahun lalu kujumpa sang Habibah
Dalam shiyam ia diam-diam berucap azam
Arofah yang Barokah
Semoga jadi Ghirah
Ya Allah ya Rohman
Moga Engkau berikan kasih sayang islam dan Iman
Dalam keluarga idaman
Yang selalu kami impi dan lakukan
Hanya padamu Seorang
Ya Allah ya Ghony
Mampukan kami ke tanah suci
Berumroh & berhaji
Bersama kekasih hati
Untuk mensyukuri Arofah yg jadi Pertemuan pertama kami ..
(Do'a suami di Arofah tahun 2015)
“Alhamdulillah alladzi bi ni'matihi tatimmus shalihat”Segala puji bagi Allah yang dengan kenikmatan-Nya menjadi sempurna segala amal sholih
Allah mengabulkan kami mengunjungi jabal rahmah di tahun 2016. Tempat mulia di padang Arofah, yang menurut beberapa sirah merupakan tempat pertemuan pertama Nabi Adam as dan bunda Siti Hawa di Bumi. Alhamdulillah Allah SWT perkenankan kami wukuf di Arofah pada tahun 2018. Maha Benar Allah atas segala firmanNya.
Kisah ini menjadi pengingat kami untuk selalu memohon dan berdo'a pada Allah SWT. Dan memanfaatkan waktu-waktu mustajab dalam berdo'a. Yakin bahwa Allah SWT selalu mengabulkan do'a hambaNya.
Semoga ada hikmah yang bisa diambil dari kisah ini ya kawans. Dan next, semoga saya bisa menuliskan tentang keutamaan hari arofah dan waktu mustajab berdo'a.
Posting Komentar
Posting Komentar