Setiap insan di dunia ini pasti mempunyai masalah dalam hidupnya. Bagaimana cara menghadapi masalah hidupnya ini yang berbeda. Di materi part # 2 Grow Up Mom With Tawheed ini dijelaskan tentang makna Temptation dan bagaimana cara meresponnya dengan benar.
Apa Sih Temptation itu?
Temptation bisa bermakna ujian, cobaan, atau godaan. Nah, di materi kedua Grow Up Mom ini dibahas tentang makna temptation sebagai cobaan. Seringkali cobaan membawa pada kegagalan. Walau ada juga yang berujung pada keberhasilan. Ada sebuah quotes dari yang teh Karlina sampaikan bahwa :
People are not afraid of failure. They are afraid of blame.
Iya, seringkali bukan kegagalan yang ditakutkan, tapi kekhawatiran akan rasa disalahkan karena telah gagal. Ketidaknyamanan pada keadaan disalahkan, dihina, dicibir, dsb.
Ah iya, jadi ingat kejadian dulu, saat saya jatuh dari motor di depan rumah ketika hendak berangkat kerja. Rasa sakit jatuh dari motornya itu tidak seberapa. Tapi rasa malu, karena dilihatin tetangga dan orang itu yang tak terkira,wkwkw. Iya, karena ibu mertua teriak kencang saat melihat saya jatuh ketika mau mengeluarkan motor dari rumah. Alhasil, semua mata tertuju pada saya,hehe. Saya tidak menyalahkan Ibu mertua yang teriak. Saya paham dengan kekhawatiran Ibu terhadap saya yang sedang hamil anak pertama.
Bukan takut pada kegagalan saya mengeluarkan motor dari rumah, tapi pada rasa tidak nyaman dilihatin saat jatuh dari motor.
Sangat penting mengubah mindset tentang kegagalan. Karena seringkali ujian, cobaan atau kegagalan adalah cara Allah untuk menyelamatkan kita. Lho kok bisa??
Ingat tidak kawans momen ketika anak belajar berjalan? Atau belajar naik sepeda? Saat belajar berjalan atau naik sepeda berapa kali terjatuh? Pasti sering kan ya kawans? Tapi terus bangkit semangat mencoba dan mencoba lagi.
Bahkan orang tua kita atau bahkan kita membiarkan anak jatuh saat belajar berjalan dan menyuruh mengulangi belajar lagi. Membiarkan terjatuh bukan berarti tidak sayang, tapi ada misi agar anaknya kuat dan mampu berjalan sendiri.
Berani dan menerima saat jatuh membuat kita paham bagaimana caranya dan rasanya untuk bangkit.
Cara Tepat Merespon Masalah
Ada cerita analogi yang sangat mengena yang diceritakan oleh teh Karlina :
Kami disuruh membayangkan ada sebuah gelas berisi air yang berguncang sangat hebat sekali. Ada seseorang yang ingin membuat air itu “diam”, tapi caranya salah. Dia justru menggoyang-goyangkan gelas tsb, gregetan dan gemas berharap air di gelas segera tenang.
Apakah dengan cara memaksa menggoyangkan gelas tsb airnya akan tenang? Atau justru semakin bergerak?
Air yang bergerak kencang adalah masalah dan yang sering dilakukan untuk menyelesaikan masalah adalah “memaksa” agar masalahnya berhenti. Bukan tenang dan menenangkan masalah, agar ia berhenti sendiri.
Jadi itulah analogi konsep ujian. Ketika masalah datang, biasanya yang dilakukan adalah berusaha sekuat tenaga untuk segera menyelesaikannya. Berfikir mencari solusi dan gregetan ingin segera menyelesaikan masalah tsb. Tapi,,seringkali bukannya menyelesaikan masalah, justru seringnya membuat masalah baru.
Seperti gelas yang digoncangkan tadi, bukannya airnya tenang, mallah bisa jadi tumpah. Seringkali ketika sekuat tenaga mencari solusi kita justru semakin pusing dan rungsing.Lalu harus bagaimana cara tepat menghadapi masalah?
Ketika ada masalah, sebaiknya tenangkan dulu kepala, ibarat analogi air dalam gelas tadi, diamkan dulu gelasnya supaya airnya tenang.Jadi cara menghadapi masalah yang tepat, adalah :
- Merenung, berdo’a mohon petunjuk Allah SWT terlebih dahulu. Temukan pesan cinta Nya. Tanda ketika pesan cinta Nya sudah berhasil kita ambil, adalah hati menjadi tenang, ikhlas, ridho.
- Ikhlas menerima masalah yang hadir
- Ikhtiar sewajarnya. Bukan ikhtiar berontak yaitu ikhtiar yang dilakukan karena kita tidak terima ada masalah dan ingin cepat menyelesaikan masalah.
Fokus ke Allah SWT, masalah akan selesai.
Allah SWT ketika memberi kita masalah, sebenarnya bukan agar kita segera mencari solusi, tapi agar kita kembali fokus dulu pada Allah, mendekat dulu ke Allah, curhat dulu ke Allah, taubat dulu ke Allah.
Agar kita bergantung sepenuhnya pada Allah SWT. Iya, ketika kita sudah bisa bergantung (berserah diri/ tawakkal) pada Allah, hajat kita pasti dipenuhi oleh Allah dengan cara cara-Nya.Namun, sayangnya seringkali kita masih bergantung pada makhluk.
Bergantung pada makhluk itu menyengaja kecewa dan sakit hati.Jika bergantung pada makhluk, pasti was-was dan pada akhirnya harus rela merasakan 'sakit hati' dan kekecewaan. Semakin banyak bergantung pada makhluk, akan semakin banyak kecewanya. Dan inilah syirik-syirik kecil yang terkadang tidak disadari.
Seringkali dalam berdo'a pun fokusnya bukan ke Allah SWT, tapi keduniaan, seperti :
- Ketika berdoa meminta rezeki, fokusnya pada semoga mendapat THR.
- Ketika berdoa meminta mobil, fokusnya semoga mendapat undian berhadiah.
- Ketika berdoa meminta umroh, fokusnya semoga gaji/omzet bisnis naik.
- Ketika berdoa ingin anak pintar, fokusnya mau disekolahkan kemana
- Ketika ingin disayang pasangan, fokusnya harus cantik, harus skincare, dan ikhtiar diri yang maksimal
Lalu, Bagaimana caranya agar bisa fokus bergantung pada Allah SWT?
Ada 3 level pemahaman yang harus dilalui agar kita bisa fokus bergantung pada Allah SWT, yaitu:- Dengan menyendiri dan memikirkan hakikat diri, penciptaan diri. Melakukan shalat tahajud memohon petunjuk Allah, merenungi dan memahami siapa sebenarnya yang mengatur rezeki, bos, bisnis, perusahaan ataukah Allah? Siapakah yang berkuasa atas masalah-masalah kita? Ikhtiar kita ataukah Allah?
- Cara tercepat adalah dengan benar-benar menghadirkan suasana yang membuat kita total menyerah pada Allah. Misalnya, ada yang ingin bebas dari riba, ya sudah tinggalkan semua harta yang ada kaitannya dengan riba. Jalanin hidup dengan pasrah pada Allah, dan fokus ibadah yang utama, ikhtiar itu yang kesekian.
- Menjaga pertemanan dengan teman-teman yang sudah mencapai level total bergantung padaNya.
"Dan Dialah yg berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya, dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui" (Q.S Al-An’am: 18)Allah itu sutradara terbaik, penulis skenario yang handal. Mudah bagi Allah melakukan apapun atas diri kita.
Kesimpulan
Materi kedua grow up mom ini, membuat saya terhenyak. Hu uh, seringkali masih ada berhala/syirik kecil yang hinggap,hiks. Masih sering bergantung pada makhluk.
Dan agar semakin mengerti dengan materi temptation ini, maka kami disuruh mempraktekkannya. Iya, ketika ada masalah, yang harus dilakukan :
- Tidak mencari solusi apapun dulu, tidak curhat pada siapapun dulu.
- Menggelar Sajadah dan sholat 2 raka’at, melaporkan masalah kita ke Allah SWT.
- Setelah sholat dan berdoa, barulah kita lanjut dengan ikhtiar.
Posting Komentar
Posting Komentar